Rabu, 12 Juni 2013

Gangguan berfikir Skizofrenia

A.TEORI

1.Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu skizo yang artinya retak atau pecah, dan frenia yang artinya jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai gangguan jiwa di mana penderita mengalami perpecahan jiwa, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Dengan demikian, seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (Hawari, 2003). Menurut Strausal et al (dalam Iman Setiadi, 2006) skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini di tandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi. Sedangkan gejala negatifnya antara lain seperti avolition (menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya isi pembicaraan, afek yang datar, serta terganggunya relasi personal.

Selain dari pengertian di atas Townsend alih bahasa Helena (1998:143), juga mendefenisikan bahwa skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang terdiri dari suatu kelompok sindrom klinis yang dinyatakan dengan kelainan dalam isi dan organisasi pikiran, persepsi masukan sensori, ketegangan afek/emosional, identitas, kemauan, perilaku psikomotor, dan kemampuan untuk menetapkan hubungan interpersonal yang memuaskan.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa skizofrenia adalah terjadinya gangguan kejiwaan, yang ditandai dengan kelainan isi pikiran, terjadinya disharmoni (perpecahan, keretakan) antara proses berfikir, afek/emosi, kemauan dan psikomotor karena halusinasi, persepsi, dan kemampuan untuk menetapkan hubungan interpersonal yang memuaskan dengan gejala yang ditampilkan terutama ketidakmampuan dalam merawat diri sendiri.

2.Ciri – Ciri Skizofrenia

antara lain :

a.Gangguan Delusi
Gangguan delusi disebut juga sebagai disorder of thought content atau the basic characteristic of madness adalah gejala gangguan psikotik penderita skizofrenia yang ditandai gangguan pikiran dan keyakinan. Ciri – ciri klinis dari gangguan delusi yaitu :

1)Keyakinan yang persisten dan berlawanan dengan kenyataan tetapi tidak disertai dengan keberadaan sebenarnya.
2)Terisolasi secara sosial dan bersikap curiga pada orang lain.

Bentuk – bentuk delusi yang berkaitan dengan skizofrenia yaitu :

-Delusions of persecution adalah penderita skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik ditandai waham kebesaran, tersohor, sebagai tokoh-tokoh penting atau merasa hebat.

-Cotard’s syndrome (somatic) adalah penderita skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik atau ketakuatan yang tidak real. Penderita memiliki waham bahwa kondisi fisiknya sakit atau di bagian-bagian tubuh tertentu rusak. Perasaan bagian tubuh yang terganggu atau sakit secara medis tidak ditemukan.

-Cogras syndrome yaitu penderita skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik ditandai adanya waham pengganti yang tidak real terhadap dirinya. Merasa curiga bahwa selain dirinya ada yang sangat sama dengan dirinya.

-Erotomatic adalah keyakinan penderita skizofrenia mencari orang-orang tersohor ataupun pada orang-orang yang dicintainya. Penderita merasa dirinya dicintai.

b.Halusinasi

Adalah gejala gangguan psikotik penderita skizofrenia yang ditandai gangguan persepsi pada berbagai hal yang dianggap dapat dilihat, didengar ataupun adanya perasaan dihina meskipun sebenarnya tidak realitas. Halusinasi bersumber pada otak. Si penderita seolah-olah melihat, mendengar, merasakan sesuatu hal yang sebenarnya tidak terjadi dalam kehidupan nyata dan hanya dalam bayangan si penderita. Bentuk-bentuk halusinasi yang berkaitan dengan penderita skizofrenia yaitu :

1)Halusinasi pendengaran (audiotory hallucination) adalah penderita skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik melalui adanya pendengaran terhadap objek suara-suara tertentu. Keadaan ini sering terjadi ketika penderita skizofrenia tidak melakukan aktivitas. Terjadi pada bagian wernicke’s area.

2)Halusinasi pada bagian otak (brain imaging) yaitu gangguan daerah otak terutama bagian broca’s area adalah daerah pada bagian otak yang selalu memberikan halusinasi pada penderita skizofrenia.

c.Disorganisasi
Adalah gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan ketidakmampuan dalam mengatur arah bicara, reaksi emosional dan perilaku motoriknya. Bentuk-bentuk dari gangguan pikiran disorganisasi yaitu :

1)Tangentialty adalah ketidakmampuan dari penderita skizofrenia untuk mengikuti arah pembicaraan, topik, dan arah pembicaraan. Pembicaraan penderita ini selalu menyimpang jauh dari setiap arah pembicaraannya.

2)Loose association adalah penderita skizofrenia yang mengalami gangguan dalaam topik pembicaraaan. Topik dan arah pembicaraan penderita skizofrenia ini sama sekali tidak berkaitan dengan apa yang dibicarakan.

3)Derailment adalah pola pembicaraan penderita skizofrenia sama sekali keluar dari alur pembicaraan.

d.Pendataran Afek
Adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan ketidakmampuannya dalam mengatur antara reaksi emosional dan pola perilaku (inappropriate affect) atau afektif yang tidak sesuai dengan perilaku. Ciri-ciri klinis pendataran afek yaitu: tidak adanya reaksi emosional dalam komunikasi, selalu menatap kosong dalam pandangannya, dan berbicara datar tanpa ada nada pembicaraan.

e.Alogia
Adalah gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan adanya disefisiensi dalam jumlah atau isi pembicaraan. Adapun ciri-ciri klinis dari penderita alogia yaitu: (1) jawaban yang diberikan penderita singakat atau pendek, (2) cendrung kurang tertarik untuk berbicara, (3) lebih banyak berdiam diri, (4) adanya gangguan pikiran negatif dan berkomunikasi, (5) kesulitan dalam memformulasikan kata.

f.Avolisi
Yaitu gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai ketidakmampuan memulai ataupun mempertahankan kegiatan-kegiatan penting. Ciri-ciri klinis gangguan avolisi yaitu:
1)Tidak menunjukkan minat pada aktivitas atau fungsi kehidupannya sehari-hari dan tidak berminat merawat kesehatan tubuhnya.
2)Cenderung menjadi pemalas dan kotor.

g.Anhedonia
Yaitu gejala gangguan psikotik dari penderita skizofrenia yang ditandai dengan ketidakadaan perasaan senang, sikap tidak peduli terhadap kegiatan sehari-hari, cendrung tidak suka makan dan ketidakpedulian terhadap hubungan interaksi sosial atau seks.

3.Gejala-Gejala Skizofrenia
Sebelum diganggu halusinasi, bahasa penderita sisofrenik ini tampak terganggu. Pada tahap awal penderita mengisolasi pikirannya. Tidak banyak berkomunikasi dengan dunia luar, tetapi banyak berdialog dengan diri sendiri. Ekspresi verbal terbatas, tetapi kegiatan dalam dunia bahasa internal (berbahasa dalam pikiran sendiri) sangat ramai. Jadi, gangguan tahap awal ini menyerupai mutisme elektif. Pada tahap prahalusinasi gaya bahasa verbalnya sangat berlebihan dan kesulitan menggunakan kosa kata. Pada tahap berikutnya, gangguan ekpresi verbal membuatnya menarik diri dari pergaulan, sehingga ekspresi verbal menjadi terbatas dan jarang.

4.Jenis-Jenis Skizofrenia
Kraepelin membagi skizofrenia menjadi beberapa jenis

a.Skizofrenia kompleks, gejala utama pada jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
b.Skizofrenia bebefrenik, gejala yang menonjol adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi atau double personality.
c.Skizofrenia katatonik, biasanya akut dan didahului oleh stress emosional. Katatonik ini terbagi atas dua macam, yaitu stupor katatonik (penderita tidak menampakkan sama sekali ketertarikannya terhadap lingkungannya) dan gaduh gelisah katatonik (terdapat hiperaktifitas motorik, tetapi tidak disertai emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi rangsangan dari luar).
d.Skyzofrenia paranoid, dengan ciri mempunyai perasaan yang takut akan ancaman dan hukuman.
e.Episoda skizofrenia akut, gejala skizofrenia muncul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Dalam keadaan ini seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri berkabut.
f.Skizofrenia residual gejala yang menyolok adalah gangguan afek atau emosi, gangguan pikiran dan kemauan.
Kartono (1986:259-260) juga menggolongkan skizofrenia ke dalam tiga kategori, yaitu:

1.Skizofrenia Hebefrenik
Artinya mental atau jiwanya menjadi tumpul. Ciri-cirinya:
a.Orang yang mengalami derealisasi dan depersonalisasi berat.
b.Dihinggapi macam-macam ilusi dan delusi, sebab fikirannya kacau, melantur.
c.Banyak tersenyum-senyum sendiri tanpa ada perangsang sedikit pun.

2.Skizofrenia Katatonik.
Ciri-cirinya sebagai berikut:
a.Gangguan psikomotor, seperti adanya stupor, negativisme rigiditas, postur aneh, agitasi, dan mutisme (bisu).
b.Respon motorik tidak lazim dalam bentuk diam dan pada posisi di tempat (waxy flexibelity) atau posisi kegiatan eksesif.
c.Tingkah laku ganjil dengan tubuh dan wajah yang menyeringai (grimering).
d.Sering mengulang atau meniru kata-kata orang lain (echolalia).
e.Senang meniru gerakan oang lain (echopraxia)
f.Catatonic immobility, yaitu gangguan perilaku motorik dimana orang itu tetap diam tanpa bergerak dalam kurun waktu lama dengan postur tubuh yang ganjil.
g.Urat-uratnya menjadi kaku dan mengalami chorea flexibility yaitu badan jadi kaku seperti malam atau was.
h.Ada pola tingkah laku yang stereothypes, aneh-aneh atau gerak-gerak otomatis dan tingkah laku yang aneh-aneh yang tidak terkendalikan oleh kemauan.

3.Skizofrenia Paranoid
Ciri-cirinya yaitu:
a.Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus berganti-ganti coraknya dan tidak teratur serta kacau balau.
b.Pasien tampak lebih waras dan tidak sangat ganjil dan aneh jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya.
c.Akan tetapi pada umumnya dia bersikap sangat bermusuhan terhadap siapapun juga.
d.Merasa dirinya penting.
e.Sering sangat fanatik religious secara berlebihan.

4.Penyebab Skizofrenia
Banyak faktor yang menyebabkan sesorang bisa terkena penyakit skizofrenia. Terkadang hal sepele, tanpa ada kontrol diri dari individu tersebut, bisa menyebabkannya terkena penyakit skizofrenia. Berikut beberapa faktor yang meyebabkan seseorang terkena skizofrenia, yaitu:

a.Faktor Biologis
Adanya gangguan pada neurotransmitter (penyampaian pesan secara kimiawi) dimana terjadi ketidakseimbangan produksi neurotransmitter dopamine. Bila kadar dopamine berlebihan atau kurang, penderita dapat mengalami gejala positif atau gejala negatif.

b.Pengaruh genetik
Kemungkinan bahwa skizophrenia merupakan kondisi kompleks warisan, dengan beberapa gen mungkin berinteraksi untuk menghasilkan resiko schizophrenia terpisah atau komponen yang dapat terjadi mengarah diagnosa. Gen ini akan muncul untuk nonspesifik dimana mereka dapat menimbulkan resiko gila lainnya.

c.Faktor Psikososial

Skizofrenia ditinjau dari faktor psikososial sangat dipengaruhi oleh faktor keluarga dan stressor psikososial. Suatu penjelasan hipotesis akibat sosial yang menyatakan stress yang dialami oleh anggota kelompok sosioekonomi rendah berperan dalam perkembangan skizofrenia.

d.Faktor Sosiokultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan skizofrenia. Di samping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut. Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :

-Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter, hubungan orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut yang berlebihan.

-Sistem Nilai
Perbedaan sistem nilai, moral, dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah/sekolah dengan yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.

e.Usia
Schizophrenia umumnya terjadi pada akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Menurut data yang ditunjukkan pusat data schizophrenia AS, tiga perempat penderita schizophrenia berusia 16-25 tahun. Pada kelompok usia 16-25 tahun, schizophrenia mempengaruhi lebih banyak laki-laki dibanding perempuan, sedangkan pada kelompok usia 26-32 tahun penyakit ini lebih banyak menyerang perempuan.

f.Psikologis
Sejumlah mekanisme psikologis telah mempengaruhi orang menderita schizophrenia. Ketika dibawah tekanan atau situasi membingungkan, termasuk perhatian yang berlebihan dapat memunculkan penyakit ini. Banyak individu penderita schizophrenia emosinya sangat responsif, itu dapat menyebabkan kerentanan terhadap gejala kekacauan.

5.Cara Penanganan dan Penyembuhan Skizofrenia
Prognosa dan penyembuhan bagi penderita skizofrenia pada umumnya sedikit sekali. Kemungkinan bisa sembuh terutama jika keadaannya sudah parah sulit dilakukan. Yang penting adalah usaha prefentif menurut Kartini Kartono(2002, h. 247-248) berupa:

a.Menghindarkan dari frustrasi-frustrasi dan kesulitan-kesulitan psikis lainnya.
b.Menciptakan kontak-kontak sosial yang baik.
c.Membiasakan pasien memiliki sikap hidup positif, dan mau melihat hari depan dengan rasa berani.
d.Beranikan ia mengambil sikap tegas dalam menghadapi realitas dengan rasa positif dan usakanlah agar dia bisa menjadi extrovert.

Dalam situs www.sivalintar.com dijelaskan tentang beberapa cara penanganan skizofrenia, yaitu:

a.Sikap menerima adalah langkah awal penyembuhan
b.Penderita perlu tahu penyakit apa yang diderita dan bagaimana melawannya.
c.Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh.
d.Perawatan yang dilakukan oleh para ahli bertujuan mengurangi gejala skizofrenik dan kemungkinan gejala psyhcotik.
e.Penderita skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu, bahkan mungkin harus seumur hidup.

Cara-cara Terapi/Perawatan Skizofrenia

Selain cara dengan perawatan di rumah sakit (umum atau jiwa) dan rawat jalan, ada cara alternatif, yaitu dirawat hanya pada siang atau malam hari saja di rumah sakit, sebagian hari lainnya pasien berada di rumah bersama dengan keluarga atau di sekolah atau tempat kerja bersama teman-temannya.

Selain itu ada program terapi residensial, yaitu tempat semacam asrama bagi pasien skizofrenia yang sudah relatif tenang atau mencapai keadaan remisi (tetapi masih memerlukan rehabilitasi, latihan keterampilan lebih lanjut), dapat hidup dalam suasana lingkungan seperti keluarga (bersama-sama pasien lainnya). Hal itu berguna agar ia dapat mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya di tengah-tengah lingkungan yang mendukung sehingga ia kemudian juga terampil menjalani kehidupan ini di luar rumah sakit, di tengah-tengah masyarakat luas seperti anggota masyarakat pada umumnya.
Semuanya memerlukan semacam dukungan sosial (social support) dari komuniti atau lingkungan masyarakatnya.

Secara tuntas, untuk terapi holistik diperlukan perhatian baik untuk fisiknya (makanan, istirahat, medikasi, latihan fisik), mental-emosionalnya (psikoterapi, konseling psikologis), dan bimbingan social (cara bergaul, latihan keterampilan social) serta lingkungan keluarga dan social yang mendukung. Di samping terapi okupasional (kegiatan untuk mengisi waktu) diperlukan juga terapi/rehabilitasi vokasional (untuk melatih keterampilan kerja tertentu yang dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah).

B.TEMUAN DAN ANALISIS
Berdasarkan hasil observasi ke lapangan dengan mengajak pengidap skizofrenia untuk bercakap-cakap, diperoleh kesimpulan bahwa peneliti menemukan ada pengidap skizofrenia yang introvert, sulit untuk diajak bicara, dan bahkan terlihat takut, dan lari. Namun, ada juga peneliti menemukan pengidap skizofrenia yang cenderung pemarah, menceracau, dan tidak sesuainya antara pertanyaan yang peneliti ajukan dengan jawaban yang dilontarkan oleh si skizofrenia.

Penelitian ini penulis lakukan di salah satu kampung di Pesisir Selatan tepatnya di kenagarian Balai Selasa, daerah Tabek dan di depan bioskop Karya, Padang. Penderita skizofrenia di daerah Tabek, Balai Selasa lebih agresif, menceracau dan tidak adanya kesesuaian antara apa yang diucapkan dengan apa yang ditanyakan. Ketika diminta keterangan kepada keluarganya, sebab bapak Fe’i menjadi gila karena dia terlalu mendalami ilmu agama. Namun, karena tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, akibatnya pak Fe’i tamakan kaji dan menjadi gila. Setiap pertanyaan yang kami ajukan selalu tidak sesuai jawabannya dan bahkan terkadang ia mengabaikan pertanyaan dari kami, dia sibuk bercerita sendiri saja.

Meskipun pak Fe’i gila, tapi keluarganya mengatakan kalau bapak Fe’i tidak mengganggu orang tapi hanya sering marah-marah tidak jelas dan menceracau sendiri. Berikut cuplikan pembicaraan dengan pengidap skizofrenia yaitu bapak Fe’i
Nama : Fe’i
Umur : 62 tahun
Tempat tinggal : Tabek, Balai Selasa
“Sagalo yang ado di bumi jo di langik, mamohon kapada-Nyo, jo caro masing-masing, kasanyo gilo”.
Itu salah satu cuplikan perkataan yang diucapkan oleh pak Fe’i. Dari sikap dan berbicaranya pak Fe’i dapat kami simpulkan bahwa pak Fe’i termasuk pengidap skizofrenia paranoid. Kami menyimpulkan begitu karena dilihat dari ciri-ciri pengidap skizofrenia sama dengan pak Fe’i. Adapun ciri-ciri dari skizofrenia paranoid yaitu:

a.Penderita diliputi macam-macam delusi dan halusinasi yang terus berganti-ganti coraknya dan tidak teratur serta kacau balau.
b.Pasien tampak lebih waras dan tidak sangat ganjil dan aneh jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya.
c.Akan tetapi pada umumnya dia bersikap sangat bermusuhan terhadap siapapun juga.
d.Merasa dirinya penting.
e.Sering sangat fanatik religious secara berlebihan.
Kesamaan ciri-ciri pak Fe’i dengan yang di atas, terlihat dari penampilan pak Fe’i seperti orang waras dan pakainnya rapi, hal itu mungkin disebabkan karena pak Fe’i masih tinggal dengan keluarganya, sehingga masih diurus oleh keluarganya. Berdasarkan keterangan keluarganya, pak Fe’i memang sangat fanatik dengan agama, sehingga akibat kegilaannya yaitu juga karena terlalu mendalami ilmu agama, namun tidak seimbang dengan dirinya. Keluarganya juga menyatakan bahwa pak Fe’i sering marah-marah dan menceracau tanpa ada sebabnya serta berhalusinasi dan berdelusi sendiri. Terkadang pak Fe’i juga agak sedikit waspada terhadap orang yang baru dilihatnya.

Bapak Fe’i (62 tahun)

Pengidap Skizofrenia Kedua:

Data didapatkan di depan bioskop KARYA, Padang. Identitas orang gila tersebut tidak bisa diketahui karena susah diajak berkomunikasi dan orang-orang sekitar juga tidak mengenal identitas dari orang tersebut, tetapi orang-orang sekitar tahu bagaimana tingkah lakunya. Menurut orang disekitar sana, bapak itu sering berada di depan bioskop karya tersebut dan tidak mengganggu orang-orang sekitar. Ketika kami ajak berbicara, informan ini lebih banyak diam dan hanya merespon ucapan kami dengan menunjuk dan sekali-kali menjawab, itupun tidak sesuai jawaban dengan apa yang kami tanyakan.

Kami : Pak dimano rumah pak?
Informan : di Sawah (sambil nunjuk ke depan)
Kami : bini pak?
Informan : di sawah tu
Kami : anak pak mano?
Informa : bunghatta

Dari percakapan di atas bisa kita lihat bahwasanya informan kedua ini tergolong ke dalam skizofrenia kompleks, di mana gejala yang menyolok adalah kedangkalan emosi dan penurunan kemauan serta gangguan pikiran. Hal itu terlihat dari penampilan si informan yang sangat tidak terawat, badan yang tidak terurus dan bau badan yang sangat menusuk, dan adanya kedangkalan emosi, di mana si informan ketika diajak berbicara hanya diam dan tidak adanya emosi yang meledak-ledak dan sikap kasar.

Bahkan terlihat si informan takut dan tidak mau diajak berbicara. Pada informan ini sangat terlihat gangguan berfikirnya. Hal itu terlihat dari ketidaksesuaian jawaban yang dilontarkan atas pertanyaan yang kami berikan, terjadinya disorganisasi, pendataran afek, alogia, avolusi, dan anhedonia.

Sumber :
Copyright 2013 Kampusindo.com
kampus indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar